

Andai aku bisa sebebas Ayu Utami atau Djenar Maesa Ayu. Menulis apa saja yang ada di pikiranku. Tanpa malu tanpa ragu tanpa ada batasan. Menuangkan apa yang seharusnya tidak etis untuk dibaca khalayak ramai. Membeberkan rahasia demi rahasia kenikmatan bercinta.
Suatu waktu aku pernah mencoba. Mengarang satu kertas penuh cerita khas mereka. Dengan gaya bahasa yang hampir serupa. Dengan kata-kata simpel yang kadang-kadang justru malah membingungkan. Membangun sebuah misteri. Misteri yang akan selalu menjadi daya tarik semua orang. Misteri tentang bercinta.
Tapi alhasil, kertas itu tidak pernah penuh. Hanya tiga perempat isinya. Tangan ini begitu kaku untuk mengetik. Otak ini penuh ide yang rasa-rasanya begitu malu untuk diketahui banyak orang. Aku tidak akan pernah berhasil menjadi seperti mereka. Entah sampai kapan aku akan bisa secara lugas membahas tentang percintaan. Terutama tentang adegan bercinta.
Padahal akhir-akhir ini begitu banyak pengarang perempuan yang mulai mengikuti jejak mereka. Sebut saja seperti Stephanie Hid, pengarang muda asal Surabaya, ataupun Tamara Geraldine, yang menjadi penulis entah karena aji mumpung ataukah karena memang berbakat. Atau mungkin berbakat masalah bercinta?
Andai aku bisa menjadi seperti Ayu Utami atau Djenar Maesa Ayu. Berbakat seperti mereka. Berdarah seniman seperti mereka. Menjadi penulis sejati seperti mereka. Berjiwa idealis sepenuh hati segenap jiwa seperti yang seringkali mereka kemukakan. Mungkin aku tidak akan pernah menulis cerita tentang bercinta.
Suatu waktu aku pernah mencoba. Mengarang satu kertas penuh cerita khas mereka. Dengan gaya bahasa yang hampir serupa. Dengan kata-kata simpel yang kadang-kadang justru malah membingungkan. Membangun sebuah misteri. Misteri yang akan selalu menjadi daya tarik semua orang. Misteri tentang bercinta.
Tapi alhasil, kertas itu tidak pernah penuh. Hanya tiga perempat isinya. Tangan ini begitu kaku untuk mengetik. Otak ini penuh ide yang rasa-rasanya begitu malu untuk diketahui banyak orang. Aku tidak akan pernah berhasil menjadi seperti mereka. Entah sampai kapan aku akan bisa secara lugas membahas tentang percintaan. Terutama tentang adegan bercinta.
Padahal akhir-akhir ini begitu banyak pengarang perempuan yang mulai mengikuti jejak mereka. Sebut saja seperti Stephanie Hid, pengarang muda asal Surabaya, ataupun Tamara Geraldine, yang menjadi penulis entah karena aji mumpung ataukah karena memang berbakat. Atau mungkin berbakat masalah bercinta?
Andai aku bisa menjadi seperti Ayu Utami atau Djenar Maesa Ayu. Berbakat seperti mereka. Berdarah seniman seperti mereka. Menjadi penulis sejati seperti mereka. Berjiwa idealis sepenuh hati segenap jiwa seperti yang seringkali mereka kemukakan. Mungkin aku tidak akan pernah menulis cerita tentang bercinta.